Penghargaan Iptek ITSF Diraih Dosen ITB
Jakarta, Kompas - Penghargaan ilmu pengetahuan dan teknologi Indonesia Toray Science Foundation 2004 diraih dosen Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung, Dr Ir Bambang Riyanto Trilaksono (42). Komite seleksi penghargaan iptek menilai penelitiannya yang bertema "Kendali dan Pengolahan Sinyal Robust dan Cerdas: Teori, Algoritma, dan Implementasi Real-time" memenuhi kriteria keilmiahan sebagai pemenang.
Pada kategori penghargaan iptek, Bambang menyisihkan 18 ilmuwan yang dinominasikan sembilan universitas, dua lembaga penelitian pemerintah, dan satu yayasan ilmu. Lelaki kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur, itu berhak menerima hibah penelitian Rp 60 juta.
Pengumuman berlangsung di Jakarta, Kamis (3/2). Selain komite seleksi penghargaan dan hibah penelitian iptek serta komite seleksi penghargaan pendidikan sains, acara dihadiri pula oleh pengurus Indonesia Toray Science Foundation (ITSF) Indonesia dan Jepang. Tampil berpidato ilmiah Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Dr dr Sangkot Marzuki dan peraih emas lomba fisika internasional The First Step to Nobel Prize in Physics 2004 Septinus George Saa.
Bambang mengatakan, secara spesifik, penelitiannya dapat diaplikasikan untuk meredam kebisingan aktif. Caranya dengan melawan sumber suara melalui sinyal yang dikontrol. Secara teknis, alat dapat dibuat sebesar ujung jari kelingking dewasa.
Ketua komite seleksi penghargaan iptek Dr Suwarto Martosudirjo APU dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bandung mengatakan, penelitian ini punya kontribusi keilmuan dan aplikasi jelas.
Sejumlah algoritma baru dikembangkan dan diuji pada kendali bising aktif real time menggunakan pengolah sinyal digital (DSP). "Aplikasi temuan ini bisa dikembangkan untuk mengendalikan sistem apa saja, seperti satelit, robot, dan pesawat terbang," kata Bambang.
Penghargaan untuk guru
Secara keseluruhan, penghargaan Toray ke-11 kemarin diberikan kepada 32 orang. Ada 21 orang menerima hibah dana penelitian iptek bernilai total Rp 607.296.000 dan sepuluh guru memperoleh penghargaan pendidikan sains masing-masing Rp 17,5 juta.
Kesepuluh guru dinilai inovatif dan kreatif dalam mengajarkan materi pelajaran IPA tingkat SMA, di antaranya dengan memanfaatkan potensi yang ada di sekitar mereka. Salah satu guru yang berasal dari Bontang kalimantan timur, Dra Herfen Suryati, mengembangkan inovasi pembelajaran yang memanfaatkan hutan bakau untuk menjelaskan konsep keanekaragaman hayati. Menurut pendapatnya hutan bakau dapat dijadikan sebagai sumber belajar, karena memiliki kekayaan keanekaragaman makhluk hidup yang sangat tinggi. Judul yang diajukan guru biologi ini untuk bisa mendapatkan award dari ITSF sangat unik yaitu "eksplorasi pedagogik lahan basah" senagai sumber belajar keanekaragaman hayati.
Ketua Kehormatan ITSF dari Toray Industries Inc Jepang Dr Katsunosuke Maeda mengatakan, pemberian penghargaan penelitian dasar bidang iptek di Indonesia tersebut akan terus didukung.
Sementara Sangkot Marzuki menilai, pemberian penghargaan Toray mengisi kekosongan sistem penelitian di Indonesia. Selain jarang, institusi swasta umumnya hanya bersedia memberi dana penelitian aplikatif, bukannya penelitian dasar.
Menurut Suwarto, dilihat dari jumlah proposal yang dikirim peserta, terjadi penurunan peserta. Tahun 2004, jumlah usulan program hibah penelitian iptek 101 usulan. Dari jumlah itu, hanya 21 yang dinyatakan lolos ke babak berikutnya.
Mengenai jumlah yang berkurang, ia memperkirakan tidak semata terkait sosialisasi panitia. Faktor penyelenggaraan pemilihan umum dinilai memengaruhi jumlah usulan proposal yang dikirim.
Meskipun secara kuantitas menurun, kualitas proposal penelitian dinilai Suwarto meningkat. Karena itu, komite seleksi meminta bantuan para ahli untuk menyeleksinya. Hasilnya, para pemenang didominasi peserta dari Pulau Jawa, terutama Jakarta dan sekitarnya.
Ketua Yayasan ITSF Dr Soefjan Tasuri menegaskan, tidak ada diskriminasi atau subyektivitas penyeleksian. (GSA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar